Calvin terburu bangkit dari sofa. MacBook di pangkuannya nyaris jatuh. Ia punguti robekan-robekan kartu undangan. Sama seperti sang Papa, hatinya pedih. Namun, harus bagaimana lagi?
Bagaimana cara Abi Assegaf tetap bersiaran dengan all out sekalipun kondisinya kurang baik sungguh mengagumkan Deddy. Ia bertekad akan belajar lebih banyak lagi dari teman lamanya ini. Tanpa diminta, Deddy terus menemani. Pagi tadi dia berjanji pada Sasmita dan dirinya sendiri untuk terus menemani Abi Assegaf sepanjang sisa hari itu.
Bukan Kuliah Subuh, bukan Harmoni Pagi. Abi Assegaf menantang dirinya sendiri dengan membawakan program berbeda: Musik Pelepas Lelah. Program yang lebih ekspresif dan dinamis. Dengan sabar, ditanggapinya para pendengar yang request. Mengesankan ketika pemimpin perusahaan sibuk melayani permintaan lagu dari para pendengar.
"Pendengar pasti senang dilayani Abi," komentar Adica. Disambuti anggukan Arlita dan Syifa.
"Abimu itu orang baik. Suka menyenangkan hati orang. Bersiaran salah satu buktinya." Arlita memuji, tersenyum penuh arti.
Angin berbisik-bisik menyejukkan balkon tinggi. Deburan ombak menghempas. Cerahnya siang itu senada dengan suasana hati mereka.
"Ummi, Adica, ayo kita turun. Mereka sudah datang." kata Syifa tetiba, beranjak bangkit lalu menggamit tangan dua orang tercintanya.
Waktu bersantai sudah lewat. Saatnya bersiap-siap untuk acara besar nanti malam.
** Â Â Â
Mentari pun tahu