Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Tulang Rusuk Malaikat] Gala Dinner

7 November 2018   06:00 Diperbarui: 7 November 2018   06:04 740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Hei...kamu kenapa? Belum terbiasa ya? Kukira waktu masih sama Om Michael..." Syifa bertanya, tersenyum lembut.

Adica membalas senyum Syifa setengah hati. Bukan, bukan belum terbiasa. Hanya gugup. Lama hidup kekurangan dan kesepian, lalu tiba-tiba kembali hidup bergelimang harta dan menjadi pusat perhatian sungguh memerlukan adaptasi.

Abi Assegaf menggenggam tangannya. "Tidak apa-apa...tidak apa-apa. Tenanglah, anakku."

Malam ini, Adica dan Abi Assegaf tampil dalam gaya formal yang sama: two piece suit. Keduanya terinspirasi style David Beckham saat menghadiri Royal Wedding. Adica dan Abi Assegaf memakai two pieces suite berwarna black and grey.

Seakan tak mau kalah, Arlita dan Syifa kompak memakai wrap dress bermodel tube top berwarna merah darah. Sepertinya dua wanita cantik ini ingin menyaingi kekompakan para pria di keluarga mereka. Rambut Syifa diangkat ke atas membentuk jalinan rambut yang anggun, diselipi hairpiece berformat bunga mawar.

"Abi, Almond briouats itu apa?" tanya Adica mengalihkan perhatian dari perasaannya sendiri.

"Itu semacam pastry, Sayang. Isinya almond." jelas Abi Assegaf.

Adica mengedarkan pandang ke sekeliling ballroom. Orang-orang berjas rapi dan bergaun mahal memenuhi meja. Mereka hafal table manner di luar kepala. Sebagian dari mereka memasang ekspresi angkuh, sebagian lagi datar, sebagian lainnya tak peduli. Ketakutan lain tumbuh di hatinya. Bagaimana bila nanti tangannya tak dapat diajak bekerjasama? Bagaimana bila table mannernya kacau dan memalukan keluarga Assegaf?

"Jangan khawatir, anakku...cinta. Abi tak pernah malu memilikimu sebagai anak."

Kata-kata Abi Assegaf merasuk lembut. Syifa tersenyum manis. Arlita mengangguk membesarkan hati.

Di meja sebelah, Tuan Effendi mengepalkan tangan. Ia muak dan cemburu melihat kedekatan ayah dan anak itu. Calvin tertunduk dalam. Nyonya Rose menelan kesedihan dalam diam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun