Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Tulang Rusuk Malaikat] Gala Dinner

7 November 2018   06:00 Diperbarui: 7 November 2018   06:04 740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Abi Assegaf berpaling, menatap Arlita yang kini berdiri di sisinya dengan penuh cinta. Publik sepakat. Abi Assegaf dan Arlita pasangan serasi. Pengusaha dan penyiar tampan berpasangan dengan mualaf cantik.

"Tetapi juga untuk memperkenalkan anggota keluarga baru...seorang anak yang sangat saya cintai. Saya bahagia sekali dia jadi bagian dalam keluarga...untuk itu, saya perkenalkan Adica Wirawan Assegaf pada hadirin sekalian..."

"Tidak!"

Tak sempat hadirin bertepuk tangan. Tak sempat kalimat terselesaikan. Tuan Effendi menggebrak meja. Wajahnya memerah menahan amarah.

"Effendi..."

"Papa..."

Calvin dan Nyonya Rose bangkit bersamaan. Memegang lembut lengan Tuan Effendi. Dengan kasar, pria itu mengibaskan lengan dari pegangan istri dan anaknya.

"Zaki Assegaf, kau tak berhak menjadikan dia anggota keluargamu! Karena dia anakku!"

Diiringi teriakan penuh emosi, Tuan Effendi mengangkat tinggi lembaran kertas hasil tes DNA. Tindakan impulsif rasa nekat. Efeknya fatal.

Wajah Calvin dan Adica sepucat mayat hidup. Syifa menahan nafas. Arlita terbelalak. Nyonya Rose kaget, tak menyangka suaminya seberani itu. Deddy dan Sasmita diam-diam melangkah ke backstage. Perasaan mereka tak enak. Para tamu undangan berbisik-isik seru. Ajang pergosipan dimulai lagi.

Abi Assegaf shock. Ia tak percaya, sungguh tak percaya. Ya, Allah, benarkah apa yang dikatakan Tuan Effendi? Sedetik kemudian, sakit menusuk tajam dada Abi Assegaf. Refleks ia memegangi dadanya. Diikuti tatapan cemas Adica, Arlita, dan Syifa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun