Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Tulang Rusuk Malaikat] Pria Penyayang itu Butuh Teduhnya Wanita

2 November 2018   06:00 Diperbarui: 2 November 2018   06:01 604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Biar saya saja...dia teman saya." kata Adica mengambil alih.

Sedetik kemudian ia tersadar. Dirinya belum cukup kuat menyetir mobil dan membawa Revan sendirian ke rumah sakit. Apa boleh buat? Diteleponnya Abi Assegaf. Beruntung saat itu Abi Assegaf telah selesai siaran.

Abi Assegaf mengambil mobil lima menit berselang. Saat turun dari mobil, wajah pria tampan itu memias. Ia sedikit terhuyung, mencengkeram tepi mobilnya.

"Kenapa, Abi?" tanya Adica cemas, menahan lembut tubuh Abinya.

Tak ada jawaban. Abi Assegaf sesak nafas. Seluruh oksigen seakan dicuri dari paru-parunya. Ah, andai saja Adica tahu. Ayah keduanya ini punya riwayat sindrom pascatrauma. Zaki Assegaf yang dikenal penyabar, bijak, friendly, humble, baik hati, dan tangguh ternyata trauma melihat korban kecelakaan. Lihatlah itu, sosok tegar dan tangguh pun terkalahkan penyakit.

"Astaghfirullah al-azhim...Abi!" Adica berseru tertahan saat Abinya jatuh pingsan.

Orang bilang, kekuatan hadir di saat terdesak. Adica telah membuktikan itu. Mengabaikan kondisi tubuhnya sendiri, ia nekat menyetir mobil. Dibawanya dua pria tampan tak berdaya itu ke rumah sakit.

**    

Calvin dan Silvi duduk di kanan-kiri Adica. Terlihat malaikat tampan bermata sipit itu menggenggam tangan Adica. Sepotong tangan rapuh dan dingin.

"Kamu luar biasa, Adica." puji Calvin setulus hati.

Pujian itu disambut gelengan kepala. Diusapnya wajah dengan frustrasi. Jujur, Adica masih shock gegara dua peristiwa mengagetkan di depan matanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun