Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Tulang Rusuk Malaikat] Ayah Berhati Lembut itu Menangis

26 Oktober 2018   06:00 Diperbarui: 26 Oktober 2018   06:26 610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di depan malaikat tampan bermata sipit, Abi Assegaf mencurahkan beban kesedihan. Semuanya, semuanya ia tumpahkan. Ayah berhati lembut itu menangis. Air mata bergulir ke pipi. Calvin trenyuh. Saat itu, dia melihat betapa besar kesedihan seorang ayah yang mengetahui putranya didiskriminasi. Ayah mana yang tak ikut terluka ketika anaknya terluka? Luka anak adalah luka orang tua. Kesedihan anak adalah kesedihan orang tua. Bahagia sang anak, bahagia orang tua pula.

"Salahkah jika saya punya anak istimewa? Saya pikir, memiliki anak istimewa bukan kesalahan, justru anugerah. Anak istimewa adalah titipan berharga...Calvin, saya takkan pernah katakan warga difabel dan berpenyakit serius sebagai aib tak berguna. Tapi, mereka istimewa di mata saya."

Ah, andai saja Abi Assegaf dan Tuan Effendi tahu. Calvin pun mengalami hal yang hampir sama di hari yang sama pula. Tapi ia lebih bijak dengan merahasiakannya. Revan dan Silvi pun sudah diperingatkan sebagai penjaga rahasia. Seperti Peter Pettigrew yang didaulat jadi penjaga rahasia untuk Keluarga Potter. Eits, jangan samakan Revan dan Silvi seperti Pettigrew.

"...Kata Arlita, saya harus menguatkan dia. Apa yang harus saya lakukan, Calvin?"

Nah, ini dia. Ternyata curhat bukan sekedar curhat. Ada permintaan solusi. Calvin sangat hati-hati saat ada yang meminta solusi padanya. Dia lebih banyak mendengarkan, hanya menyarankan bila diminta.

"Jangan pernah tinggalkan dia lagi. Tetaplah di sampingnya. Atur pikiran Anda dan dia. Buang ingatan tentang itu. Berdamai dan mengatur pikiran jauh lebih baik."

Abi Assegaf mengangguk. Ujung hidungnya memerah. Pelan disekanya mata.

"Orang yang kuat adalah orang yang mampu berdamai dan memaafkan. Orang yang kuat akan mampu membersihkan pikiran dan melapangkan hati." Calvin berkata menguatkan.

Ya, sekarang yang terpenting adalah belajar melupakan. Saatnya mengatur pikiran dan melapangkan hati. Melupakan ingatan buruk, dan menguatkan untuk berdamai. Jangan pernah ingat lagi.

**    

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun