Di depan malaikat tampan bermata sipit, Abi Assegaf mencurahkan beban kesedihan. Semuanya, semuanya ia tumpahkan. Ayah berhati lembut itu menangis. Air mata bergulir ke pipi. Calvin trenyuh. Saat itu, dia melihat betapa besar kesedihan seorang ayah yang mengetahui putranya didiskriminasi. Ayah mana yang tak ikut terluka ketika anaknya terluka? Luka anak adalah luka orang tua. Kesedihan anak adalah kesedihan orang tua. Bahagia sang anak, bahagia orang tua pula.
"Salahkah jika saya punya anak istimewa? Saya pikir, memiliki anak istimewa bukan kesalahan, justru anugerah. Anak istimewa adalah titipan berharga...Calvin, saya takkan pernah katakan warga difabel dan berpenyakit serius sebagai aib tak berguna. Tapi, mereka istimewa di mata saya."
Ah, andai saja Abi Assegaf dan Tuan Effendi tahu. Calvin pun mengalami hal yang hampir sama di hari yang sama pula. Tapi ia lebih bijak dengan merahasiakannya. Revan dan Silvi pun sudah diperingatkan sebagai penjaga rahasia. Seperti Peter Pettigrew yang didaulat jadi penjaga rahasia untuk Keluarga Potter. Eits, jangan samakan Revan dan Silvi seperti Pettigrew.
"...Kata Arlita, saya harus menguatkan dia. Apa yang harus saya lakukan, Calvin?"
Nah, ini dia. Ternyata curhat bukan sekedar curhat. Ada permintaan solusi. Calvin sangat hati-hati saat ada yang meminta solusi padanya. Dia lebih banyak mendengarkan, hanya menyarankan bila diminta.
"Jangan pernah tinggalkan dia lagi. Tetaplah di sampingnya. Atur pikiran Anda dan dia. Buang ingatan tentang itu. Berdamai dan mengatur pikiran jauh lebih baik."
Abi Assegaf mengangguk. Ujung hidungnya memerah. Pelan disekanya mata.
"Orang yang kuat adalah orang yang mampu berdamai dan memaafkan. Orang yang kuat akan mampu membersihkan pikiran dan melapangkan hati." Calvin berkata menguatkan.
Ya, sekarang yang terpenting adalah belajar melupakan. Saatnya mengatur pikiran dan melapangkan hati. Melupakan ingatan buruk, dan menguatkan untuk berdamai. Jangan pernah ingat lagi.
** Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H