Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Tulang Rusuk Malaikat, Butir-butir Pasir di Laut

23 Oktober 2018   06:00 Diperbarui: 23 Oktober 2018   06:02 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terus terang saja, perawat junior itu terpesona pada Calvin. Selain Adica, Calvinlah pasien paling tampan di rumah sakit ini. Sering ditugaskan di berbagai bangsal membuatnya mampu menilai.

"Biar saya saja, Suster. Saya tak mau anak saya disentuh tangan orang asing." Tuan Effendi mengambil alih. Kambuh lagi penyakit over protektifnya. Sejak Calvin sakit, Tuan Effendi makin protektif.

Dengan lembut dan hati-hati, Tuan Effendi menyeka tubuh Calvin. Perawat junior itu mundur. Sepertinya ia tak boleh berharap terlalu tinggi. Banyak orang cantik dan tampan yang memperhatikan pasien berwajah malaikat ini.

Tanpa banyak berharap akan diizinkan, Adica meminta waktu sebentar pada Abi Assegaf. Ia ingin ke ruangan Calvin sebelum pulang. Di luar dugaan, Abi Assegaf mengizinkan. Asalkan ia memakai kursi roda. Adica menurut. Diambilnya biola, lalu beranjak ke ruangan sebelah.

"Adica, aku ikut. Aku juga ingin ketemu Calvin." Syifa merajuk manja, berlari menyusul ke pintu.

Pintu ruangan sebelah setengah terbuka. Pemandangan pertama yang tertangkap matanya adalah raut wajah hopeless suster junior. Lalu pandangannya beralih fokus ke arah siluet Calvin. Ruang pemahaman terbuka. Instingnya sebagai broadcaster yang out-of-the-box mulai bekerja. Adica bermain biola. Ia bawakan sebuah lagu. Mengenali lagunya, Syifa tertawa lalu ikut bernyanyi.


Ikatkan padaku

Tali benang terpanjang

Agar ku bisa kauterbangkan

Sejauh yang kaumau

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun