Malaikat tampan bermata sipit itu jenuh. Jenuh luar biasa di rumah sakit. Bukannya tak bersyukur dengan pelayanan super mewah. Hanya saja, ia rindu rumah.
"Papa...aku ingin pulang." pinta Calvin.
"Hmmm...ok. Kau sudah dibolehkan keluar dari rumah sakit, anakku." kata Abi Assegaf.
Rona bahagia menepi di wajah tampan Adica. "Benarkah?"
"Benar, Calvin Sayang. Kata Dokter Tian, kamu..."
Ah, peduli apa kata Dokter Tian? Sungguh, Calvin ingin keluar dari tempat ini. Tak adakah yang memahami keinginannya?
Pintu ruangan diketuk halus. Seorang suster mendorong troli berisi nampan sarapan. Tuan Effendi tersenyum ramah. Wajah Calvin beku tanpa ekspresi.
"Selamat pagi," sapa suster itu ramah.
"Pagi, Syifa. Kau tahu? Hari ini aku boleh pulang."
"Alhamdulillah..."
Adica dan Syifa bertatapan. Lalu keduanya bertukar senyum. Cepat Syifa menundukkan wajah. Tak tahan menatapi Adica lama-lama. Tak mampu menahan pesonanya.