Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Tulang Rusuk Malaikat] Lonceng Gereja, Air Mata, dan Cerita Duka

19 Oktober 2018   06:00 Diperbarui: 19 Oktober 2018   06:10 644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: pixabay.com

Mereka melewati kebun teh, beberapa cafe, dan pabrik susu. Tak lama, mobil berhenti di depan dua bangunan putih: sebuah villa mewah berkamar tiga dan sebentuk gereja kecil. Demi melihat dua bangunan putih itu, Syifa terbelalak kaget.

"Abi, ini kan rumah Oma..." desis Syifa.

Wajah Syifa berubah sendu. Refleks ia merapatkan tubuh pada Adica. Dengan lembut, Adica memeluknya. Menenangkan Syifa tanpa kata.

Ketika Syifa tak juga tenang, Adica memainkan biolanya. Calvin cepat tanggap. Ia keluarkan piano digital, piano mahal dengan sampling suara dari grand piano. Tanpa rencana, Adica dan Calvin memainkan instrumen musik mereka.


Tak pernah kubayangkan secepat ini

Aku takutkan pernah terjadi adanya

Perbedaan mengalahkan rasa

Dan kita menyerah kalah akan keadaan

Kauputuskan pergi

Melepaskan kita

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun