Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Tulang Rusuk Malaikat] Lonceng Gereja, Air Mata, dan Cerita Duka

19 Oktober 2018   06:00 Diperbarui: 19 Oktober 2018   06:10 644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: pixabay.com

Mendengar perkataan Syifa, senyuman Calvin memudar. Pemuda berkacamata itu terpaksa mengubur mimpinya untuk meneruskan karier sebagai peragawan. 

Berjalan biasa saja ia sering jatuh, bagaimana mau membuat gerakan memutar di runway? Semuanya berubah sejak leukemia menyerang.

"Sudahlah...kalau rezekimu di modeling, itu takkan kemana. Kamu kan bisa modeling lagi saat sudah sembuh nanti." hibur Revan.

Calvin tertunduk dalam. Pertanyaannya, apakah dia bisa sembuh? Tak ingin terlalu lama larut dalam kesedihan, Calvin mengeluarkan iPadnya. Ia buka laman blog miliknya, ia tuliskan artikel di dashboard. Selesai, lalu posting.

Bila Calvin menyibukkan diri dengan blognya, Revan dan Silvi asyik dengan kamera mirrorless. Adica melempar pandang rindu ke arah kamera di tangan mereka berdua. 

Sudah lama ia tak hunting foto lagi. Kameranya ada di rumah keluarga Wirawan. Satu-satunya benda pemberian Michael Wirawan yang masih ia miliki hanyalah biola.

"Adica anakku, kamu rindu kameramu ya? Nanti Abi belikan..." ujar Abi Assegaf halus.

"Tidak usah, Abi. Aku..."

"Terima saja. Abi kan sayang banget sama kamu." sela Syifa.

Mobil hitam itu melaju menaiki bukit. Udara bertambah sejuk. Barisan pepohonan berjajar di kanan-kiri. 

Silvi mencuri momen, memotreti pemandangan indah itu. Revan berbaik hati meminjamkan kameranya pada Adica, membiarkan pemuda itu mengambil gambar demi gambar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun