Ungkapan menenteramkan Calvin tak juga mengaburkan sendu di wajah Angel. Gadis kecil berkulit putih ini tetap saja menyimpan khawatir. Calvin membaca kecemasan di wajah putrinya.
"Kalau Angel khawatir terus, sama saja Angel mendoakan hal buruk buat Papa-Vin."
Mata Angel membola. "Bukan gitu, Papa-Vin..."
"Khawatir berlebihan sama seperti mendoakan, Sayang. Kenapa nggak berpikir positif?"
Lama Angel terdiam. Merenungi perkataan ayah tirinya. Membenarkan dalam hati.
"Papa-Vin...jangan pergi." gumam Angel, lirih dan memohon.
"Tidak, Sayang. Kecuali kalau sudah dipanggil Allah."
"Kalo gitu, Angel mau minta sama Allah biar Papa-Vin terus di sini...nemenin Angel."
Sebongkah kristal besar menjatuhi hati Calvin. Doa-doa Angel memberi kekuatan baginya. Allah Maha Mendengar. Harapan anak istimewa ini terdengar jelas sampai ke Arasy. Doa dan harapan Angellah yang menguatkan Calvin untuk terus bertahan hidup.
"Angel jangan khawatir lagi ya, Sayang. Papa-Vin selalu di sini..."
Dengan lembut, direngkuhnya tubuh Angel. Ia letakkan tangan kecil berjari empat milik Angel di pangkuan. Nyaman, itulah yang Angel rasakan. Dekapan Calvin begitu hangat.