Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Selingkuh Hati Malaikat Tampan] Sadis

21 September 2018   06:00 Diperbarui: 21 September 2018   07:43 690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Boleh, Sayang. Itu buat Thalita..."

"Wah, ada yang baru pulangkah? Maaf ya, tadi Suster Doa Angelus dulu."

Suster Adinda muncul dari dalam villa. Sebelah tangannya menyelipkan Rosario ke dalam sakunya. Ia tersenyum pada Calvin. Doa Angelus, atau Doa Malaikat Tuhan. Doa singkat yang dilakukan tiap jam 6 pagi, jam 12 siang, dan jam 6 sore.

"Nggak apa-apa, Suster. Ini, Papa-Vin bawa oleh-oleh banyak banget." Carol menyahuti.

Diasuh tiga orang tua berbeda membuat Thalita, Carol, dan Stevent terbiasa bertoleransi. Mereka sudah mengenal keragaman sejak dini. Ketiganya tahu, di antara orang tua yang mengasuh mereka, ada yang Non-Muslim. Dan mereka menghargai itu.

Sesaat Suster Adinda terdiam ragu. Ia segan menerima kurma yang ditawarkan Thalita. Calvin membaca keraguan di mata wanita itu.

"Kenapa, Suster? Tidak apa-apa...ambil dan makanlah itu." ujar Calvin lembut.

"Saya Non-Muslim. Agak tak enak saja menerima oleh-oleh dari tanah suci...merasa tak pantas."

Tanpa diduga, Stevent memajukan kursi roda. Mengambil tiga buah kurma dari dalam kotak. Lalu, diraihnya tangan Suster Adinda. Ia letakkan kurma-kurma itu di tangan sang Suster.

"Ini buat Suster. Stevent mau makan kurma sama Suster Adinda. Kan Suster sendiri yang bilang, kita semua sama."

Tergetar hati Suster Adinda mendengarnya. Hati Calvin ikut bergetar. Bila diucapkan orang dewasa, mungkin tak begitu berefek. Tapi, ini diucapkan anak kecil. Anak-anak yang masih polos, lembut dan putih hatinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun