Reminder di iPhonenya berbunyi. Tanpa reminder pun, Calvin ingat. Ada janji yang harus dituntaskan.
"Jangan banyak bergerak dulu, Sayang." cegah Tuan Effendi panik melihat putranya mencoba bangkit dari ranjang.
"Kalau Papa menyayangiku, Papa akan membantuku bangun." Calvin berkeras.
Tubuh tinggi yang tak lagi atletis itu bangun perlahan. Malaikat tampan bermata sipit dikuatkan Allah dan para malaikatNya untuk menuntaskan janji.
Balkon kamar rawat dingin sekali. Jarum-jarum jam berjatuhan, berlari menggapai angka dua belas. Sebentar lagi, hari berganti. Dua sosok cantik dan tampan akan menghadapi tanggal lahir yang sama.
"Calvin?"
Gadis cantik yang menantinya di ujung balkon berlari dengan lengan terentang. Gaun putihnya berkibaran.
Sedetik. Tiga detik. Lima detik, Calvin dan Silvi berpelukan. Hati mereka berpagutan dalam cinta. Mata sipit bertemu mata biru. Kelembutan bertemu kebaikan. Ketenangan bertemu kekhawatiran. Kecantikan bertemu ketampanan. Malaikat tampan bertemu putri cantik. Tionghoa bertemu Turki. Calvin bertemu Silvi.
"Selamat ulang tahun, Silvi." kata Calvin lembut.
** Â Â
-Konfeti 9-