-Konfeti 1-
Bertahun-tahun bekerja di unit hemodialisa, Dokter Tian terbiasa melihat rasa sakit dan kematian. Pemandangan pasien meregang nyawa di tempat tidur rumah sakit adalah hal biasa baginya. Namun, yang tak biasa justru hadir dari putranya sendiri.
"Al mohon, Pa...tolong Papa lakukan yang terbaik untuk Calvin." bisik pemuda blasteran Jawa-Jerman-Skotlandia itu.
Albert berlutut. Memegang erat kedua tangan ayah angkatnya. Sejurus kemudian, Dokter Tian balas menggenggam jemari putra tunggalnya.
"Akan Papa lakukan semaksimal mungkin," ucapnya pelan.
"Papa janji."
Gurat permohonan tertangkap jelas di mata itu. Mata yang sarat kesedihan dan luka. Albert takut, sungguh takut kehilangan Calvin. Calvin Wan adalah sahabat terbaik yang pernah dimilikinya.
** Â Â
-Konfeti 2-
Prang!
Ustadz Abdullah melempar gelas kristal. Nyaris saja mengenai Rossie. Gadis itu menjatuhkan diri ke lantai marmer. Pundaknya bergetar hebat dalam isakan.