Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sembilan Konfeti Kesedihan

8 September 2018   06:00 Diperbarui: 8 September 2018   06:00 761
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Langkah Julia terhenti. High heelsnya menghujam tajam lantai pualam. Dua sisi hatinya berdilema. Antara merawat Papa atau sahabatnya.

"Tapi...Calvin sakit, Pa. Lia harus ke rumah sakit." Julia lembut memberi pengertian.

Sang Papa bernafas cepat dan pendek-pendek. Kesedihan tergambar jelas di wajah pria Belanda itu. Pria yang mewariskan darah campuran pada putri semata wayangnya.

"Ok, terserah Lia. Urus saja Calvinnya Lia itu. Tinggalkan Papa sendiri!"

Dengan sedih, Julia mengawasi Papanya terhuyung menaiki tangga. Hati kecilnya tak henti membisikkan kata maaf.

**   

-Konfeti 4-

Ia guru biola yang tampan. Anak-anak panti asuhan belajar biola selama dua tahun penuh darinya. Kata beberapa anak panti, sosoknya mirip dengan Pangeran di buku-buku fairy tale. Pasti karena rambut pirang dan mata biru yang dimilikinya. Terima kasih untuk pewarisan darah campuran Minahasa-Portugis-Turki dari Baba Johanis dan Anne Ellen.

"Kak Revan, ayo ajarin kita main biola lagi..." pinta seorang anak perempuan berkepang dua.

Revan mengangguk. Sabar diajarinya anak-anak tak beruntung itu main biola. Namun sesungguhnya, pemuda penyuka warna biru itu tengah resah. Terbayang seraut wajah tampan oriental di pikiran. Bagaimanakah keadaannya kini? Haruskah ia tinggalkan anak-anak panti itu untuk ke rumah sakit? Tidak, tidak. Ini amanah, ia harus selesaikan.

**    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun