Ia tarik gaun putih itu dari dalam kotak. Selembar surat meluncur jatuh. Nona cantik Minahasa-Portugis-Turki itu memungutnya. Mengurai lipatan surat, mulai membaca.
Temui aku dengan memakai gaun itu di balkon kamar VIP. Seperti janjiku, aku akan menemanimu menunggu detik-detik pergantian umurmu. Kau tahu, tanggal lahir kita sama? Allah mentakdirkan kita sama-sama lahir di tanggal 9.
Your Angel,
Calvin Wan
Air mata Silvi berjatuhan. Kebahagiaannya lesap. Ia teringat kondisi Calvin. Malaikat tampan bermata sipitnya itu sakit parah. Calvin bisa sembuh, itu adalah kado terindah yang paling ia nanti. Silvi tak perlu janji, tak perlu pernikahan, tak perlu kemewahan. Waktu, ya hanya waktu yang diperlukannya. Waktu kebersamaan dengan Calvin.
** Â Â
-Konfeti 8-
"He's so young and handsome...my dearest son." Nyonya Rose tersedu, membelai-belai rambut Calvin.
"It's our mistakes, Rose..."
Tuan Effendi menggenggam lembut tangan Calvin. Tangan yang terasa sangat dingin. Sesal tergambar jelas, membiaskan kesedihan mendalam.
"Kita terlalu lama meninggalkan Calvin...sampai-sampai kita terlambat tahu kalau dia sakit." ujar Nyonya Rose muram.