Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sembilan Konfeti Kesedihan

8 September 2018   06:00 Diperbarui: 8 September 2018   06:00 761
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

-Konfeti 5-

Tamparan demi tamparan membuat Anton terjatuh sambil memegangi kedua pipinya. Memar, memar, dan memar. Luka, luka, luka. Hanya itu yang bisa diberikan ayah kandungnya.

Raden Suryantoro mengangkat tangannya sekali lagi. Belum puas melampiaskan amarah. Darah biru tak membuatnya mampu bersikap halus dan lembut. Sebelum sempat menampar putranya lagi...

"Cukup, Pap! Cukup!"

Nyonya Belinda Marniati Suryaatmaja berlari menuruni tangga. Menarik tangan suaminya. Mencegah sang suami melukai buah hatinya lagi.

"Anton sudah mencoreng nama keluarga kita! Apa salahnya kalau aku menamparnya?!"

"Apakah bersahabat dengan semua orang termasuk perbuatan yang menodai nama baik keluarga?"

Lagi, kedua orang tuanya bertengkar. Pemuda yang menjadi pusat pertengkaran memejamkan mata. Mengapa dirinya harus terlahir dari keluarga priyayi campuran Belanda? Mengapa bersahabat menjadi sesulit ini hanya karena status darah dan ukuran kebangsawanan?

"Semua orang sama, Pap. Tidak boleh dibeda-bedakan hanya karena dia bangsawan atau bukan."

Dengan kata-kata itu, Anton bergegas kabur. Menyetir mobilnya secepat dia bisa. Calvin dan Calisa jauh lebih penting.

**    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun