Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Malaikat Tampan Berkalung Tasbih di Misa Requiem

24 Agustus 2018   05:53 Diperbarui: 24 Agustus 2018   05:55 818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi ini, Julia nampak cantik dalam balutan gaun hitam. Jas hitam yang dikenakan Calvin senada dengan gaun hitam Julia. Putri cantik super mandiri itu mendorong kursi roda Calvin pelan-pelan. Melewati para pelayat. Mengucap permisi dengan santun.

Kedatangan Calvin dan Julia langsung saja merebut atensi. Semua mata tertuju pada mereka. Bagaimana tidak, sesosok pria tampan berparas oriental dan berkalung tasbih datang ke Misa Requiem. Kalung tasbih bukanlah pemandangan biasa dalam Misa.

Mata Calvin terfokus ke satu titik: Angel. Ya, Angel. Gadis kecil yang pernah ia antarkan ke kapel. Gadis kecil berwajah jelita itu makin terpuruk. Ia terisak tanpa henti. Wajahnya mencerminkan kesedihan mendalam. Sungguh, Calvin tak tega melihat kesedihan Angel.

Misa Requiem berbalut duka dan ironi. Ironi lantaran Misa ini dipimpin seorang Pastor yang pernah menanamkan benihnya di rahim wanita yang kini telah menjadi jenazah. Buah cinta dari benih yang ditanamnya berdiri di sini, tak dipedulikan ayah kandungnya. Sang ayah lebih memilih mencintai panggilannya, tak mau lepas jubah demi putrinya.

Namun, bukankah Tuhan Maha Adil? Boleh saja sang Pastor menelantarkan anak haramnya. Di sisi lain, ada pria berhati malaikat yang siap mencurahkan kasih sayangnya setulus hati untuk Angel.

"Calvin, apa yang kaulakukan?" sergah Julia begitu melihat Calvin berusaha bangkit dari kursi rodanya.

Mengabaikan pertanyaan Julia, Calvin berusaha sekuat mungkin melangkahkan kaki. Ia bisa, masih bisa melangkah dengan kedua kakinya. Allah memberi Calvin kekuatan. Kekuatan untuk terus melangkah di tengah rasa sakit, kekuatan untuk menghampiri sosok cantik tak berdaya.

"Angel...Angel Sayang."

Calvin berlutut di depan gadis kecil itu. Angel mengangkat wajah. Dua pasang mata sipit bertatapan. Tentu saja Angel siapa pria itu. Pria baik hati yang menggendongnya dengan lembut, menyelimutinya scarf, memberinya susu hangat, dan mengantarnya ke kapel.

"Mulai sekarang, Angel tidak akan sendirian. Jangan sedih ya, Sayang. I will be your...Daddy."

"Daddy?" lirih Angel, disambuti anggukan mantap Calvin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun