Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Malaikat Tampan Berkalung Tasbih di Misa Requiem

24 Agustus 2018   05:53 Diperbarui: 24 Agustus 2018   05:55 818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mata sipit bening itu, menatap teramat lembut. Meluluhkan hati Julia. Mengapa Calvin mudah sekali membuat hati orang luluh? Julia mengalah.

"Aku ingin Tahajud, Julia." pinta Calvin.

Wanita keturunan Sunda-Jawa-Belanda itu mengangguk. Pelan-pelan menuntun Calvin bangun dari tempat tidur. Membantunya berwudhu. Calvin berkeras shalat dengan cara normal. Dengan lembut, Julia memakaikan jas ke tubuh Calvin.

Dijatuhkannya tubuh ke sofa. Tatapannya terfokus ke arah pria tinggi semampai yang tengah mengerjakan shalat sunnah itu. Tergetar hati Julia. Andai saja siklus kewanitaannya bisa di-cancel, ia dengan senang hati shalat bersama pria berhati malaikat tersebut.

"Calvin Wan, you're a religious man." gumam Julia tanpa sadar, matanya berkaca-kaca.

Sepuluh rakaat Tahajud dan tiga rakaat Witir Calvin kerjakan dengan sempurna. Pada rakaat-rakaat terakhir, berulang kali dia kehilangan keseimbangan. Nyaris saja jatuh. Namun, Calvin bisa bertahan, selalu bisa. Allah menguatkannya.

Malaikat tampan bermata sipit mengisi sepertiga malamnya dengan shalat. Selesai shalat, ia berzikir cukup lama. Sesekali menahan rasa sakit. Punggung dan perut bagian bawahnya sakit sekali.

"Kamu kuat, Calvin. Ketegaranmu membuatku bangga." Julia hangat memuji.

Calvin kembali berbaring di tempat tidurnya. iPad tergenggam di tangan. Kali ini ditulisnya sebuah artikel. Kondisi sakit bukan alasan untuk berhenti ngeblog.

Tanpa Calvin sadari, Julia menatapinya. Wanita cantik itu kagum pada semangatnya untuk tetap menulis walau dalam kondisi sakit. Julia tahu, Calvin lebih jarang menulis sejak sakit. Tentang rasa sakitnya, Calvin mampu menutup rapat di depan rekan-rekan sesama blogger. Beberapa rekan blogger dikenal pula oleh Julia. Masih segar dalam ingatan, ada saat-saat Calvin terlihat sehat. Ada pula saat ia tak bisa lagi menyembunyikan rasa sakitnya. Saat kondisinya sedang bagus, Calvin akan memanfaatkannya untuk bertemu teman-teman bloggernya. Ia takkan bertemu mereka saat kondisinya menurun.

"Julia?" Calvin memanggil lembut Julia setelah memposting tulisannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun