Sepertiga malam tiba, dingin dan berkabut. Saatnya mereka yang beriman bangun. Ketika kebanyakan orang masih terlelap di balik selimut mereka yang nyaman, sebagian kecil justru terbangun untuk merenung, berpikir, menikmati sepi, dan bermesraan dengan Tuhan. Sepertiga malam sering dimanfaatkan untuk lebih mendekat padaNya.
Dalam tidurnya, tetiba Calvin terbatuk. Darah mengalir, membasahi bibirnya. Saat terbangun, tak sengaja ia meremas tangan halus yang menggenggam lembut jemarinya. Pemilik tangan putih nan mulus itu tersentak bangun.
"Masya Allah...ada apa, Calvin?" bisik Julia lembut.
Dia lihat wajah Calvin begitu pucat. Mata Julia terbuka lebar seketika mendapati noda darah. Cepat diambilnya cawan keperakan di atas nakas, didekatkannya benda itu.
"Muntahkan, Calvin."
Benar saja. Calvin muntah darah. Beberapa saat lamanya pria tampan itu memuntahkan darah segar. Memenuhi benda perak di tangan Julia dengan cairan merah.
Mata Julia mengerjap. Bulu matanya yang lentik bergerak-gerak. Awan menepi di bola mata dan wajah cantiknya. Ya, Allah, mengapa penyakit itu diberikan untuk Calvin? Mengapa orang sebaik dirinya harus ditimpa ujian berat? Calvin mengeluarkan banyak darah.
"Kupanggilkan dokter ya..." kata Julia, tangannya gemetar hebat saat meletakkan benda itu.
Calvin menggenggam erat tangan putri cantik super mandiri itu. "Tidak. Tetaplah di sini, Julia."
"Tapi..."
"Please."