Dalam duka, Syifa ungkapkan segalanya. Kesedihannya, rasa takut kehilangan, keinginan untuk bersama lagi dengan Calvin Wan. Syifa ingin bersama Calvin. Di dunia, juga di akhirat. Hatinya telah terbuka sepenuhnya untuk mencintai Calvin. Pria yang begitu tampan, begitu baik, begitu sempurna untuk dicinta.
"Ya Allah, bolehkah aku bersama Calvin Wan di dunia dan akhirat?" tangis Syifa.
Lama ia menyelesaikan shalatnya. Setelah itu, ia kembali ke sisi ranjang. Kembali memegang erat tangan Calvin. Lembut membelainya. Belaian lembut penuh cinta.
"Calvin, I love you." ungkapnya, tulus dan dalam.
Ia membungkuk. Mencium kening Calvin. Semenit. Tiga menit. Lima menit. Syifa merasakan gerakan kecil dari tangan yang dipegangnya. Jantungnya nyaris berhenti berdetak. Mungkinkah...?
Bulu mata lentik itu bergerak-gerak. Malaikat tampan bermata sipit itu...digerakkan oleh kekuatan doa dan kasih Allah...mulai membuka mata. Kebahagiaan mengaliri hati Syifa. Cepat-cepat diusapnya air mata. Diberikannya senyum termanis. Ia tak ingin Calvin melihatnya menangis.
Senyum tipis dilempar Calvin saat bertatapan dengan Syifa. Bibirnya bergerak, seolah ingin mengatakan sesuatu. Syifa berujar lembut.
"Apa yang ingin kaukatakan, Sayang?"
Jeda sejenak. Syifa menatap prianya penuh cinta. Pria yang sering iaa sakiti, lukai, dan maki-maki. Pria yang ingin ia temani, di dunia maupun di akhirat.
"Syifa Ann...I love you too."
** Â Â Â Â