Pelan diletakkannya kembali telepon itu. Hatinya gusar bercampur resah. Mungkin menjemput Revan dijadikan alasan bagus untuk bersembunyi. Syifa menghela napas panjang, gamang memain-mainkan rambutnya.
Seorang asisten rumah tanggga mendekat. Tersenyum lembut pada sang nyonya rumah.
"Nyonya belum mau makan?" Ia bertanya halus.
Syifa menggeleng kuat. "Saya tidak lapar."
"Tapi Nyonya belum makan dari pagi."
"Saya akan makan kalau Calvin sudah datang."
Kerutan terurai di kening asisten rumah tangga itu. Ia tersenyum penuh pengertian. Sadar bila majikan cantiknya mulai dirasuki benih-benih cinta.
Sejurus kemudian, Syifa naik ke lantai atas. Berdiri kaku di balkon. Memandangi langit merah keunguan. Gradasi senja yang menawan.
"Calvin..." bisiknya.
"Calvin Wan, I miss you."
Demi mengobati sedikit kerinduannya, Syifa meraih iPadnya. Membuka blog pribadi milik Calvin. Dibacanya tulisan Calvin tentang Whatsapp yang ditinggalkan pendirinya, setelah pengunduran diri itu. Tanpa sadar air matanya melelh. Kerinduan yang kuat menjajah jiwanya.