Meski kau takkan pernah tahu (Maudy Ayunda-Aku Sedang Mencintaimu).
** Â Â Â Â
Naik-turun tangga, berjalan dari satu ruangan ke ruangan lainnya. Resah melirik jam berkali-kali. Wanita cantik bergaun pale blue ini gelisah. Menanti pria pendamping hidupnya kembali. Menyimpan sejumput ketakutan di dalam hati. Takut terjadi sesuatu padanya.
"Calvin, kamu dimana?" desahnya. Menatap langit-langit, pasrah.
Hati manusia sungguh aneh. Bukannya ia tak pernah mencintai suaminya? Mengapa kini tetiba ia mencari-carinya? Mengharapkannya segera kembali?
Perlahan didorongnya pintu. Desis lembut pendingin ruangan seperti beribu-ribu kali lipat lebih keras. Keheningan di rumah besar ini sudah kelewat akut. Wanita itu kesepian, sungguh kesepian. Ya Allah, mengapa tetiba ia sangat merindukan Calvin? Bukankah cintanya hanya untuk pria lain? Pria yang telah lama pergi mendahuluinya ke kehidupan lain?
Tangannya gemetar saat meraih telepon. Menekan nomor kantor. Terlalu sibukkah suami super tampannya hingga tak sempat memberi kabar? Ataukah ia tengah bersama wanita lain di luar sana? Barangkali mengajaknya ke luar kantor. Meeting jadi alibi. Ternyata terlibat kencan romantis di cafe termahal. Atau bisa jadi, one night stand di hotel mewah. Ia terkesiap, tak mampu membayangkan lebih jauh. Sungguh, ia takkan rela bila Calvin melakukan itu.
Mengapa pula ia harus tak rela? Bila tak cinta, seharusnya tak usah peduli. Tapi...
"Selamat sore," sapa sebuah suara renyah di seberang sana. Suara alto seorang perempuan.
"Agatha, apa Pak Calvin ada di kantor?" tanya wanita itu, bibirnya bergetar.
"Oh, ini Nyonya Syifa ya? Bapak sudah keluar kantor sejak tadi siang. Katanya ada perlu. Menjemput Pak Revan di airport. Tapi, sampai sekarang belum kembali. Mungkin tidak akan balik ke kantor."