Rasa sakit ini mengisap kekuatannya. Dalam sakitnya, Calvin terus mengingat Silvi. Menyesali ketidakmampuannya menjaga wanita itu. Calvin yang sekarang berbeda dengan yang dulu. Hipernefroma membuat dirinya tak berdaya. Menyentuh dan menjaga istri sendiri pun tak bisa. Meski keadaan telah berubah, cinta Calvin tetap seperti yang dulu.
** Â Â Â
Ada cinta yang sejati
Ada sayang yang abadi
Walau kau masih memikirkannya
Aku masih berharap kau milikku (Isyana Sarasvati-Masih Berharap).
** Â Â Â
Orang yang terbiasa memotivasi dan menguatkan orang lain pun bisa rapuh. Calvin salah satunya. Kondisi tubuhnya membaik. Tidak bagi kondisi psikisnya. Ia berhasil menguatkan Silvi. Namun tak berhasil menguatkan pertahanan hatinya sendiri.
Mengenakan jas hitam, Calvin berbaring di lantai. Ia berbaring tak bergerak, tak bergerak, tak bergerak. Selama Silvi belum kembali, ia bisa gunakan waktu untuk menyandarkan kerapuhannya. Ia sungguh mencintai Silvi, cinta yang sejati. Tetapi tak dapat diingkari, hatinya sakit. Sakit mengetahui Silvi menjadi boneka seks pria lain.
Pintu terbuka. Malaikat penolongnya kini bukan Tuan Effendi, melainkan Dokter Rustian. Ayah keduanya.
"Bangun, Nak. Astaga...apa yang kaulakukan?" tanya Dokter Rustian khawatir. Lembut mengulurkan tangan, memperlakukannya dengan penuh kasih layaknya anak kandung.