Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Spesial] Mata Pengganti, Pembuka Hati: Me Too

2 Maret 2018   15:02 Diperbarui: 2 Maret 2018   15:30 779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rasa sakit ini mengisap kekuatannya. Dalam sakitnya, Calvin terus mengingat Silvi. Menyesali ketidakmampuannya menjaga wanita itu. Calvin yang sekarang berbeda dengan yang dulu. Hipernefroma membuat dirinya tak berdaya. Menyentuh dan menjaga istri sendiri pun tak bisa. Meski keadaan telah berubah, cinta Calvin tetap seperti yang dulu.

**      

Ada cinta yang sejati

Ada sayang yang abadi

Walau kau masih memikirkannya

Aku masih berharap kau milikku (Isyana Sarasvati-Masih Berharap).

**     

Orang yang terbiasa memotivasi dan menguatkan orang lain pun bisa rapuh. Calvin salah satunya. Kondisi tubuhnya membaik. Tidak bagi kondisi psikisnya. Ia berhasil menguatkan Silvi. Namun tak berhasil menguatkan pertahanan hatinya sendiri.

Mengenakan jas hitam, Calvin berbaring di lantai. Ia berbaring tak bergerak, tak bergerak, tak bergerak. Selama Silvi belum kembali, ia bisa gunakan waktu untuk menyandarkan kerapuhannya. Ia sungguh mencintai Silvi, cinta yang sejati. Tetapi tak dapat diingkari, hatinya sakit. Sakit mengetahui Silvi menjadi boneka seks pria lain.

Pintu terbuka. Malaikat penolongnya kini bukan Tuan Effendi, melainkan Dokter Rustian. Ayah keduanya.

"Bangun, Nak. Astaga...apa yang kaulakukan?" tanya Dokter Rustian khawatir. Lembut mengulurkan tangan, memperlakukannya dengan penuh kasih layaknya anak kandung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun