Aku masih berharap kau milikku (Isyana Sarasvati-Masih Berharap).
** Â Â Â
Calvin melangkah memasuki butik dengan wajah pucat. Walau pucat, hal itu tidak mengurangi ketampanannya. Ia berjalan tegap menghampiri Silvi. Satu tangannya membawa sebuket lily putih dan dua batang coklat kesukaannya.
"Maafkan aku, Silvi."
Tepat di depan Silvi, Calvin berhenti. Wajah tampannya menampakkan ekspresi penyesalan paling mendalam.
"Aku tidak pernah bermaksud menyinggung dan menyakiti perasaanmu."
Diserahkannya bunga dan coklat itu ke tangan Silvi. Sejurus kemudian Silvi merebutnya kasar. Melempar buket bunga itu ke tempat sampah. Merobek bungkus coklat, menjatuhkan isinya ke lantai, dan menginjaknya dengan ujung lancip sepatunya.
Sakit hatikah Calvin melihat barang-barang pemberiannya dibuang dan diremukkan? Tidak. Blogger, pengusaha, dan model super tampan itu tetap sabar. Wajah lembutnya tak memancarkan segores pun amarah.
"Kamu munafik! Hanya mengingat yang buruk tentangku! Seharusnya, apa yang buruk jadi rahasia kita berdua saja!" ucap Silvi geram.
"I'm so sorry, Silvi. Sungguh, aku sama sekali tak bermaksud menyakitimu. Aku hanya..."
"Oh, kamu malu membawaku di acara itu? Karena tadi ada Fatima? Begitu, kan? Fatima yang cantik, yang bisa menulis lebih baik dariku, perempuan cantik yang membuatku cemburu! Perempuan yang selalu melirikmu! Nikahi saja dia, lalu lupakan aku!"