Silvi mengangkat dagu dengan sombong. Berjalan berputar-putar. Menabrak beberapa benda, tak peduli lagi. Syifa tetap sabar. Dibandingkan Adica, Syifa jauh lebih mirip Calvin. Sabarnya, lembutnya, salehnya, halusnya, kalemnya, dan baik hatinya.
"Silvi, ke bawah yuk. Kita makan pizza." ajak Syifa tetiba.
Tanpa kata, Silvi membuka pintu. Berjalan paling depan menuruni tangga. Memain-mainkan ikat rambut berwarna biru awan berhiaskan bulu dengan marah.
Mereka tiba di lantai bawah. Butik masih ramai dipenuhi pengunjung. Mau tak mau Silvi excited melihat baju-bajunya disukai banyak pembeli. Kerja kerasnya tidak sia-sia.
Dua meter dari pintu kaca, langkah mereka terhenti. Sebuah Alphard hitam meluncur mulus memasuki halaman butik. Plat mobilnya sangat familiar.
"Oh my God...Kak Calvin, Kak Adica?" Syifa menekap wajahnya, lalu berlari pergi. Menghilang di balik manekin. Sudah kuduga, batin gadis itu penuh perasaan.
Dari dalam mobil, keluarlah Calvin dan Adica. Keduanya berjalan cepat lalu membuka pintu kaca. Silvi terperangah seperti melihat dua alien di butiknya.
** Â Â Â Â
Ada cinta yang sejati
Ada sayang yang abadi
Walau kau masih memikirkannya