Aku dan Calvin bersahabat sejak kecil. Suka-duka kami lalui bersama. Calvin sudah seperti kakak bagiku. Seiring berjalannya waktu, aku tersadar bila aku jatuh cinta padanya. Kuberikan sebagian hati dan cintaku padanya.
Baik aku maupun Calvin sama-sama pernah patah hati. Calvin pernah gagal menikah dengan cinta pertamanya, aku gagal bertunangan dengan seorang rohaniawan Katolik. Berawal dari kepedihan yang sama, hati kami jatuh dan mencinta. Kami saling mencintai dan memahami.
Saling cinta, kami memutuskan menikah. Tak terlukiskan betapa bahagianya aku saat itu. Akhirnya, sebentar lagi, aku akan menikah dengan pria yang kucintai.
Ironis. Sungguh ironis. Menjelang pernikahan, rumor berhembus tajam tentang Ccalvin. Menurut desas-desus yang beredar, Calvin berselingkuh dengan seorang penyanyi dan pianis cantik bernama Rossie. Benarkah itu? Sesuatu runtuh perlahan. Kucoba mencari kebenaran.
"Calvin, benarkah kabar itu?" tanyaku lirih.
Calvin memegang erat tanganku. Mengecupnya, menatap mataku dalam-dalam, lalu berkata.
"Unfortunately...itu benar, Julia."
Hatiku hancur. Aku sungguh kecewa dengannya. Calvin, Calvin Wan yang rupawan, religius, dan berhati lembut. Bermain di belakang dengan lain orang. Tepat sebelum hari pernikahan kami.
Teganya Calvin mendua. Apa kurangnya aku? Hatiku menjerit tak rela. Calvin Wan, nama itu terlanjur melekat kuat di hatiku.
Kutenggelamkan diri dalam kesibukan pemotretan, fashion show, dan mengelola toko bunga. Aku berusaha keras melupakan Calvin. Ya Allah, sulit sekali. Tiap malam, aku selalu terkenang Calvin. Kebaikannya, kelembutannya, kereligiusannya. Lalu, tetiba saja Calvin menyakitiku.
** Â Â Â