Kucurahkan kesedihanku pada Calvin. Dia menghiburku dengan lembut. Dia berjanji akan fokus menjalani pengobatan agar penyakitnya sembuh. Aku percaya. Kuberi waktu satu tahun lagi.
Setahun lewat tanpa terasa. Hatiku terlanjur pedih. Ternyata sakit rasanya hidup berumah tangga tanpa anak. Di pagi berhujan itu, kupeluk Calvin erat. Kusampaikan keinginanku untuk berpisah. Aku sudah tak tahan. Aku memang psikolog, yang memiliki kesadaran serta pengertian lebih dibanding kebanyakan orang. Tapi psikolog juga manusia, kan?
"Maafkan aku, Calvin. Maaf..." tangisku seraya mendekapnya erat.
Calvin menghapus air mataku. "Iya, Clara. Aku mengerti perasaanmu. Kuceraikan kamu dengan cara yang baik. Kita berpisah baik-baik."
Terus terang, hatiku terluka. Terluka lantaran hidup menikah tanpa anak. Andai saja Calvin mampu membuatku meneruskan keturunan. Tentu semuanya tak begini.
Setengah tahun setelah perceraian, skenario Allah sungguh tak terduga. Calvin dan aku turun ranjang. Kami menikah lagi, dengan adik ipar masing-masing. Aku dinikahi Adica, adik kandung Calvin. Sedangkan Calvin menikahi adik semata wayangku.
** Â Â Â Â
-Semesta Silvi-
Jangan panggil aku pelakor. Aku punya nama: Silvi Mauriska. Aku penulis buku, blogger, model, dan pemilik butik. Sejak kelas 6 SD, aku sudah menyukai dunia modeling. Saat kebanyakan anak lain hanya disibukkan untuk belajar menjelang Ujian Nasional dan bermain di dunia anak-anak yang indah, aku sudah terjun ke dunia modeling dan literasi. Aku sudah mulai menulis buku dan fashion show sejak kelas 6. IQ di atas rata-rata, kecerdasan linguistik yang cukup tinggi, dan wajah cantik membuatku mulus-mulus saja menekuni bidang yang kuminati.
Darah Jawa-Belanda mengalir dalam tubuhku. Berbeda dengan saudara-saudaraku yang lain, mataku berwarna biru. Aku jadi saudara yang paling cantik dalam keluarga besar. Aku senang menjadi sosok yang dominan dalam kelompok tertentu. Menjadi pusat perhatian, memengaruhi orang lain untuk melakukan sesuatu yang positif, menebarkan aura pesona yang memikat, itulah yang kusuka.
Mata hati yang jauh lebih tajam dari orang lain membuatku lebih peka berkali-kali lipat. Aku pandai memahami orang lain dan menjadi pendengar yang baik. Mungkin itulah sebabnya Calvin menikahiku 6 bulan setelah ia menceraikan Clara.