Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Spesial] Mata Pengganti, Pembuka Hati, Kelembutan adalah Kekuatan

19 Januari 2018   06:20 Diperbarui: 19 Januari 2018   16:15 1025
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mata Silvi terpejam. Silvi sadar siapa dirinya. Hanya gadis bodoh dan kesepian, yang terjebak di tengah. Hanya gadis kesepian yang sesungguhnya tidak berdaya. Terlanjur patah hati dan menyimpan luka dalam. Tak seberuntung saudara-saudaranya dalam soal asmara.

Gloomy Friday. Ini akan menjadi Jumat yang suram untuk Silvi. Air mata Silvi meleleh. Tak ada yang memperhatikan. Biarlah, biar saja. Jauh di dalam hati, ingin rasanya Silvi menceritakan semuanya pada Calvin. Mengungkapkan betapa sepi hari-harinya, kesalahannya yang tak sengaja ia lakukan, kebaikan yang berujung kerugian bagi dirinya sendiri, reaksi alergi yang merenggut kepercayaan diri, masalah dalam studi dan modelingnya. Semua itu ingin ia bagi pada Calvin. Namun tak bisa. Dekat dengan Calvin membuatnya merasa nyaman sekaligus tidak nyaman. Nyaman berada di sampingnya, namun tidak nyaman saat harus bercerita hal-hal tertentu. Walau Calvin sudah cukup lembut.

Calvin sudah berusaha lebih lembut. Sebenarnya Silvi tahu itu. Tapi ia merasakan kebimbangan. Pantaskah menceritakan itu semua? Tidakkah terlalu riskan membagi semua itu pada Calvin? Gadis kesepian macam Silvi sesungguhnya hanya butuh dikuatkan dan diyakinkan. Motivasi yang lembut dan suportif, terkadang ia membutuhkan dua hal itu.

Lagi-lagi soal kelembutan. Kelembutan adalah kekuatan. Kelembutanlah yang menjadi kekuatan. Silvi tertunduk makin dalam. Air mata bergulir ke pipinya.

Di tengah keriuhan keluarga besarnya yang asyik berfoto di tengah taman depan rumah, Calvin datang. Ya, Calvin Wan datang. Calvin datang untuk Silvi.

Pria berparas rupawan itu datang dengan wajah sedikit pucat. Ia letih, terluka, tergores, kesakitan, namun tetap tampan. Tetap menawan.

Kesepian yang meracuni hati Silvi kini memperoleh penawarnya. Tak lain tak bukan, Calvinlah penawarnya. Kelembutannya, adalah kekuatan untuk Silvi.

"Aku di sini, Silvi." Ccalvin berbisik lembut, menarik tubuh Silvi ke pelukannya.

Silvi terdiam. Tak membalas pelukan Calvin, tidak pula menolak. Hanya air matanya yang terus menetes. Calvin menghapus lembut kristal bening di mata Silvi dengan ibu jarinya.

Kelembutan Calvin adalah kekuatan Silvi.

**       

Paris van Java, 19 Januari 2018.

Tulisan cantik di atas serpihan kekecewaan dan kesedihan.

**       

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun