Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Spesial] Mata Pengganti, Pembuka Hati, Kelembutan adalah Kekuatan

19 Januari 2018   06:20 Diperbarui: 19 Januari 2018   16:15 1025
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejumput harap tumbuh di dasar hati. Berharap agar meeting cepat selesai. Dengan begitu, ia bisa kembali ke rumah. Menjumpai Silvi, memperbaiki semuanya. Bukankah biasanya begitu? Mereka bertengkar, lalu cepat berbaikan lagi.

"Kak Calvin kenapa?" tanya Syifa penuh perhatian.

"Iya, aku juga mau tanya itu. Kenapa lagi, Calvin?" Adica lebih interogatif.

"Aku baik-baik saja." sahut Calvin tanpa memandang mata adik-adiknya.

Gesture dan tanpa eye contact, mana mungkin dipercaya? Syifa dan Adica berpandangan. Cemas, takut bila Calvin kenapa-napa.

"Habis meeting, kita lunch ya? Makan seafood...lama nih nggak makan siang bareng." ajak Adica.

"Wah, ide bagus. Mau ya, Kak?" Syifa menyikut rusuk Calvin, tersenyum penuh arti.

Calvin menolak halus. Ia ingin menyelesaikan masalahnya dengan Silvi. Penolakannya disambuti wajah kecewa kedua adiknya. Alhasil Adica dan Syifa makan siang tanpa Calvin.

Meeting selesai. Calvin kembali ke ruangannya. Menyimpan dokumen, lalu menyalakan laptopnya. Menulis artikel barangkali mampu menenangkan perasaannya. Ia bisa menuliskan apa saja. Siang ini, Calvin menuliskan renungan tentang kekuatan pikiran. Pikiran bisa mempengaruhi hasil. Rupanya Calvin mempercayai kekuatan pikiran.

Setelah menayangkan artikelnya, Calvin bergegas meninggalkan kantor. Menyetir mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ingin sampai di rumah secepatnya.

Setiba di rumah, ia mencari Silvi. Naik-turun tangga. Keluar-masuk ruangan. Dari ruang tamu ke pantry, dari ruang santai ke ruang makan. Dari studio musik ke perpustakaan, dari garasi ke kolam renang. Tak ada. Silvi menghilang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun