Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Special] Mata Pengganti, Pembuka Hati, "Guilty Feeling"

6 Januari 2018   05:57 Diperbarui: 6 Januari 2018   08:13 944
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Waktu bergulir, tahun-tahun berlalu cepat. Masa anak-anak dan remaja berganti masa dewasa. Calvin dan Silvi mulai menapaki karier mereka masing-masing. Sesuai rencana awal, Calvin meneruskan perusahaan keluarga. Silvi menjalani beberapa profesi yang relevan dengan passionnya. Profesi utamanya adalah dosen dan praktisi kesehatan. Side jobnya adalah model, pengelola butik, MC, penulis buku, dan penyiar radio. Walau telah memutuskan jalan hidup yang berbeda, Calvin dan Silvi tetaplah kakak-beradik. Tetap tinggal di rumah yang sama, tetap single, dan tetap menjalani sepi.

Seiring berjalannya waktu, ada yang berubah. Sepasti musim dan waktu, rasa pun berubah. Calvin yang kini mencurahkan rasa pada Silvi. Rasa sayang yang tulus, penebusan total atas sikap dinginnya bertahun-tahun lalu. Calvin berusaha keras menjadi kakak yang baik.

Sayangnya, Silvi tak begitu saja menerima perubahan Calvin. Mungkin ia lelah. Mungkin batas sabarnya telah terlewati. Keadaan seakan terbalik. Sekarang, Silvilah yang bersikap dingin. Menganggap Calvin selalu salah. Menempatkan Calvin dalam posisi tersudut. Menjebak Calvin dalam posisi yang salah. Nampaknya Silvi sengaja menyakiti Calvin. Kalau tidak, Silvi ingin mengetes Calvin. Membandingkan Calvin dengan pria lain.

Semua itu Silvi lakukan di atas serpihan-serpihan luka dan rasa sakit hati di masa lalu. Silvi hanya ingin mencari pelampiasan untuk kesakitan di masa lalunya. Silvi wanita baik, tapi ia sudah lelah untuk menyimpan semuanya sendiri tanpa menumpahkannya. Entah mengapa, Calvin yang ia jadikan tempat penyaluran sakit hatinya. Calvin paling mudah disakiti, paling mudah dijangkau olehnya untuk ia jadikan penyaluran atas sakit hatinya. Rasanya puas sekali bisa menyakiti makhluk Tuhan bernama laki-laki, meski di sudut hati terdalam Silvi merasa tak tega. Sengaja sekali Silvi menyakiti pria tampan itu sekaligus menguji kesabarannya.

Bukankah tahun-tahun yang menempanya membuat Calvin berubah? Calvin Wan menjadi lebih sabar, lebih tenang, dan lebih santai. Setidaknya, itulah yang dilihat Silvi. Selain itu, Calvin lebih banyak menulis setahun belakangan ini. Menjadi kontributor di media jurnalisme warga dengan target one day one article. Tulisan terkini Calvin hari ini tentang pajak yang identik sebagai bentuk kepatuhan dan investasi.

Siang ini, Silvi datang ke kantor Calvin. Niatnya ingin memberi surprise sekalian mengawasi dari jauh. Seperti apa tingkah kakak angkatnya sebenarnya saat bekerja? Silvi sengaja datang tanpa memberi tahu. Biar efek kejutannya lebih terasa. Bukankah Calvin tak suka kejutan? Biarlah hari ini Silvi memberi sesuatu yang tidak disukainya.

Pintu ruang meeting setengah terbuka. Pelan-pelan Silvi mendekat. Menyipitkan mata, menajamkan fokus pandangannya. Penasaran ingin melihat apa yang terjadi di dalam ruangan. Langkah Silvi bertambah cepat. Rasa ingin tahunya tak dapat diredam lagi.

Berhasil, ia telah sampai persis di depan ruangan itu. Semenit. Tiga menit. Lima menit, dilihatnya seraut wajah tampan yang teramat dingin dan beku di dalam ruangan itu. Wajah itu dingin, beku, angkuh. Silvi menegang, bersiap-siap melihat kemungkinan lain.

Tak hanya ekspresi wajah.Suara bass itu, melontarkan kata bernada marah pada bawahan-bawahannya. Sekumpulan lelaki dan perempuan berpakaian formal terlihat waswas dimarahi bos mereka. Calvin marah, tentu ada alasannya. Tetapi, haruskah sekasar itu? Haruskah sekeras itu? Tak bisakah ia menurunkan nada suaranya, setengah oktaf saja?

Mata Silvi melebar ketakutan. Ternyata begini sikap kakaknya yang sesungguhnya. Keras, tidak ada lembut-lembutnya sama sekali. Kelembutan yang selama ini ditunjukkannya pada Silvi hanya kamuflase. Kelembutan semu. Seringkah Calvin bersikap sekeras itu pada bawahan-bawahannya? Sekeras itukah caranya menegur mereka? Silvi sendiri tak pernah sekeras itu pada orang lain. Semarah-marahnya Silvi, ia tak pernah berbuat sejauh itu. Menampilkan wajah sedingin dan sebeku itu. Beberapa kali Silvi pernah menjabat sebagai ketua organisasi, mengetuai project penelitian, dan beberapa amanah kepemimpinan lainnya dalam dunia akademik. Tak jarang ada anggota timnya yang berbuat kesalahan. Entah terlalu santai, keliru mengerjakan sesuatu, datang terlambat, atau apa. Namun Silvi tak pernah memarahinya sebegitu keras. Kalaupun harus ditegur, Silvi takkan melakukannya di depan banyak orang. Dia lebih suka menyelesaikannya secara personal. Itu pun frekuensi teguran keras dibuat seminimal mungkin. Cukup satu peringatan, biasanya mereka sudah menurut lagi pada si cantik Silvi.

Tanpa sadar, Silvi membandingkan gaya kepemimpinan Calvin dengan dirinya sendiri. Lebih jauh, ia pun mengingat sepupu cantiknya, Clara. Tahun lalu, Clara mendapat jabatan bagus di kantornya. Bawahan-bawahannya ia perlakukan dengan baik. Dia bahkan berhubungan baik dan akrab dengan semua bawahannya. Clara memang tegas dan sedikit angkuh, namun ia punya batas dalam menegur dan mengingatkan kesalahan pada orang-orang yang bekerja di bawah tanggung jawabnya. Setegas-tegasnya Clara, dia takkan memasang wajah dingin seperti itu dan melempar kata-kata seperti itu. Calvin jelas bberbeda dengan Silvi dan sepupu cantiknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun