"Nanti aku ajari kamu," tawar Silvi setelah menguasai diri.
"Nggak mau." tolak Calvin dingin.
Anak aneh, pikir Silvi masygul. Jangan-jangan Mama-Papanya salah pilih. Silvi mulai resah. Tapi tetap positive thinking.
Baru tahap perkenalan. Tenang saja, masih ada banyak waktu. Silvi tetap optimis. Toh ia senang punya kakak baru. Gadis blasteran Sunda-Inggris itu mulai membayangkan hal yang indah-indah. Calvin telah menjadi kakaknya. Silvi bangga punya kakak super tampan seperti Calvin. Mereka akan menghabiskan hari-hari indah bersama. Melakukan banyak hal bersama. Nonton film, jalan-jalan, makan di resto, pergi ke villa, liburan ke luar negeri, ikut les, ikut ekskul, bergabung di OSIS, pokoknya bersama-sama. Kemana-mana selalu berdua seperti pangeran dan putri. Pangeran yang tampan dan putri yang cantik. Silvi tak kehabisan harapan. Ia yakin, akan bahagia menjalani hidup sebagai kakak-beradik dengan Calvin.
** Â Â Â
Jonathan, Raka, Shilla, dan Larissa tertawa-tawa. Silvi memelototi mereka. Kesal karena teman-teman terdekatnya malah menertawakannya.
"Yang model begitu kamu bilang ganteng? Yeeee.....masih gantengan Albert dan Jonathan kemana-mana!" bantah Shilla.
"Iya sih...begitu masuk sekolah ini, si Calvin langsung dapat banyak fans. Tapi masih kalah jauhlah. Mana orangnya cuek banget lagi." timpal Jonathan sentimental.
"Dia bukan cuek, tapi cool." Silvi membela kakak angkatnya.
"Cool dari mana? Mama kamu salah pilih tuh." Larissa membalas tanpa belas kasihan.
"Apa sih yang istimewa dari Calvin?" selidik Raka.