Laptop ia buka. Ia kunjungi halaman profil blognya. Membaca ulang artikel terbarunya. Kemarin dia menulis tentang uang dingin dalam investasi. Ilmu baru bagi pembaca. Brilian. Artikel utama rewardnya. Ini sedikit menghibur hatinya. Meringankan beban yang menyesaki pikirannya.
Bel pintu berbunyi. Siapa yang bertamu pagi-pagi begini? Bukankah tidak ada yang ingin ditemuinya? Mungkin itu Mamanya, atau kurir pengantar paket. Bisa jadi ayahnya. Opsi yang terakhir ini kecil sekali kemungkinannya. Hati diliputi keraguan, langkah sedikit enggan, Calvin membuka pintu.
Pintu perlahan terbuka. Sedetik. Tiga detik. Lima detik. Calvin terperangah. Wanita yang diharapkannya muncul. Nampak begitu cantik dalam balutan bridal dress berwarna putih bersih. Rambut panjangnya dijalin dan diangkat tinggi, hairpiece putih berformat kepingan salju menghiasi tepinya. Masih bolehkah Calvin berharap memilikinya? Bukankah wanita cantik ini akan menikah? Silvi, cantik dan charming, berdiri tepat di depan Calvin. Calvin, meski letih dan pakaiannya tak semodis biasanya, tetap terlihat tampan dan menawan.
"Ada cinta yang sejati...ada sayang yang abadi. Seperti cinta dan sayangku padamu. Masihkah kamu memikirkanku, Calvin?" ujar Silvi lembut.
"Silvi..." Calvin bergumam lirih, kehilangan kata-kata.
Sebuah pelukan hangat. Sebuah kecupan lembut. Silvi memeluknya. Erat, sangat erat. Calvin tersadar. Tanggal 9 adalah tanggal kelahiran Calvin dan Silvi. Calvin 9 Desember, Silvi 9 September. Sebuah energi hati dan sebentuk energi cinta telah menyatukan Silvi Mauriska dan Calvin Wan.
"Selamat ulang tahun, Cinta. Hatiku telah memilih. Ayo kita menikah."
** Â Â Â
Kuterimakan keadaanku
Mencintaimu tanpa mampu memiliki
Kau yang terindah