Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Selamat Ulang Tahun, Cinta

17 Desember 2017   05:49 Diperbarui: 17 Desember 2017   08:49 1242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Silvi, what's the matter..."

Kalimatnya menggantung di udara. Seperti dongeng yang tak terselesaikan karena yang didongengi sudah lebih dulu tertidur.

"Kamu masih tanya ada masalah apa?! Coba pikir sendiri, Calvin Wan!" teriak Silvi marah.

"Sejak lama, selalu aku yang salah. Ada apa, Silvi?" tanya Calvin lembut.

Dengan wajah berurai air mata, Silvi membanting amplop berlogo rumah sakit. Nampaknya seperti hasil medical check up. Calvin mengambilnya, membukanya, dan wajahnya bertambah pias.

"Kamu tidak pernah serius dengan pengobatanmu! Divonis infertilitas boleh saja, tapi mana keseriusanmu?! Kamu selalu setengah-setengah dalam berobat! Tidak pernah serius saat menjalani terapi!"

Kata-kata penuh amarah berhamburan. Silvi tak mampu lagi menahan emosinya. Dianggapnya Calvin tak pernah serius untuk berobat.

"Silvi, demi Allah aku serius menjalani pengobatan ini. Kuturuti semua saran dokter. Aku jalani terapi hormon, konseling, dan konsumsi antibiotik itu. Aku bahkan tak peduli, ginjalku semakin rusak gegara konsumsi obat dalam jangka panjang. Demi kamu, Silvi. Bukankah kamu ingin punya keturunan? Bukankah kamu ingin punya anak dariku?" jelas Calvin, berusaha membela dirinya.

"Tidak! Kamu tidak pernah memahamiku tentang keinginan itu! Jangan harap kamu sudah bisa memahamiku, Calvin Wan!" Silvi berseru marah. Air mata terus mengalir ke pipinya.

Mungkin ini kelemahannya. Mungkin ini kekurangan Calvin yang belum bisa diterima Silvi. Dalam gerakan slow motion, Calvin mendekati istrinya. Hendak memeluknya, namun sang istri mendorong tubuhnya.

"Well...aku memang belum bisa memahamimu. Masih butuh waktu, Silvi. Maaf...tapi aku berusaha memahamimu. Selalu berusaha...maaf sudah membuatmu kecewa."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun