"Nikita Sayang...selamat ya Nak, kamu sudah dirawat orang yang tepat. Ayah Calvin pasti sayang banget sama kamu." Silvi bergumam lirih, satu tangannya menyapu air mata.
Nama terkenal, prestasi, dan investasi yang menjamin masa depan tak menjamin Silvi bahagia. Kesepian masih menggerogoti jiwanya. Melihat kehangatan Calvin dan Nikita, dia hanya bisa memendam kekaguman. Ia mengagumi Calvin dari jauh. Calvin Wan, pria tampan luar-dalam yang layak menjadi suami paling sempurna.
Dalam pikirannya, Silvi membayangkan kebersamaan Calvin dan Nikita. Begitu hangat, begitu mesra. Layaknya ayah dan anak kandung. Calvin yang terbiasa tidur lebih awal dan bangun di sepertiga malam untuk Tahajud, akan mengajak putri cantiknya beribadah bersamanya pula.Â
Setelah Tahajud, mereka akan menghabiskan waktu berdua menjelang Subuh. Hanya berdua. Subuh tiba, lalu mereka shalat bersama lagi. Sesudah itu Calvin dan Nikita akan berjalan-jalan mengitari taman. Bergandengan tangan, selalu bersama. Calvin mengajak Nikita menikmati keindahan pagi. Mensyukuri karunia Illahi. Tiap akhir pekan Calvin membawa Nikita ke villanya, atau berjalan-jalan ke tempat lain. Dua-tiga kali setahun, ayah dan anak itu traveling ke berbagai tempat. Mulai dari Bali hingga Malaysia, mulai dari Macao hingga Paris.Â
Calvin berbagi keindahan tempat-tempat di berbagai belahan dunia pada putri semata wayangnya. Indah, sangat indah. Apa lagi bila Calvin telah mendapatkan ibu untuk Nikita. Mereka takkan lagi hanya berdua, melainkan bertiga. Jauh lebih indah dari sebelumnya. Lama Silvi tenggelam dalam imajinasinya. Bayangan indah tentang Calvin, sosok pria yang dikaguminya. Sesuaikah dengan kenyataannya?
Puas berjalan-jalan di taman, Calvin membawa Nikita ke mall. Tersenyum mengamati kelucuan Nikita saat memilih handuk dan botol minuman. Dari kejauhan, Silvi tersenyum pula. Nikita sudah berada di tangan yang tepat.
"Nikita mau yang mana? Yang putih, merah, atau..."
Tangan kanan Nikita menunjuk botol minuman berwarna merah, lalu memegangnya kuat. Lucu sekali ekspresinya.
"Ok Sayang...kita ambil yang itu ya?"
Tak puas-puasnya Silvi mengintip Calvin dan Nikita. Andai Calvin suamiku, dia akan jadi suami paling sempurna. Hati kecil Silvi berbisik, merasakan desiran kekaguman.
Memiliki anak perempuan adalah keinginan terbesar Calvin sejak lama. Dalam Islam, membesarkan anak perempuan berpahala besar. Surga jaminannya. Sebaliknya, bila menyia-nyiakan anak perempuan, neraka hukumannya. Islam sangat memuliakan anak perempuan.