Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

"Psikolove", Akhirnya Ku Menemukanmu (3)

11 November 2017   05:57 Diperbarui: 11 November 2017   05:58 1220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Silvi masih terlalu kecil, ia pastilah bukan wanita yang masuk dalam kriteria wanita pilihan blogger super tampan itu. Calvin pastilah memilih wanita cerdas, pintar, dan dewasa. Mana mungkin Calvin menyukai gadis manja, sulit ditebak, keras kepala, suka tebar pesona, dan low vision seperti dirinya? Silvi tahu diri.

Suara tepuk tangan membuyarkan lamunannya. Disambuti wangi Bath & Body Works. Sedetik kemudian Clara telah duduk di sampingnya.

"Kok nyanyiin lagunya Perahu Kertas?" selidik Clara to the point.

"Ya...kebetulan aja pengen nyanyi lagu itu. Memang kenapa?" Silvi berusaha mengelak, menyembunyikan fakta yang sebenarnya.

"Ah pintar ngeles kamu. Pasti kamu lagi curhat ya? Ada apa sih?"

Silvi menghela napas. Menggeser kursinya dua setengah senti lebih jauh. Clara memajukan bibirnya, tak senang dengan jarak yang diciptakan adiknya.

"Tulisanku tadi pagi menuai banyak komentar. Banyak blogger yang gemas denganku. Mereka kira aku berubah. Bahkan ada yang menyebut tulisanku sebagai pengkhultusan pada sosok blogger tertentu, itu membuatku tersinggung. Hanya Calvin yang tahu kalau pola tulisanku tidak berubah. Dia mengerti, sangat mengerti. Itu yang membedakan Calvin dengan blogger lainnya. Dia memahamiku. Inilah yang kubutuhkan."

Sebentar saja Clara langsung mencerna penjelasan Silvi. Ia bisa melihat ada yang lain dalam pancaran mata Silvi. Namun Clara belum bisa memastikan. Sinar mata yang lain, raut wajah yang melembut saat menyebut nama Calvin, ujung bibir yang melengkung indah ketika membicarakan Calvin. Apa artinya itu?

"Calvin memang baik dan pengertian. Dia..."

Reminder di ponselnya berbunyi. Clara spontan menepuk dahinya.

"Oh tidak, aku sudah janji! Malam ini aku akan telepon Calvin! Memastikannya baik-baik saja dan memupus keinginannya untuk bunuh diri!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun