"Acara keluarga itu..." Pelan-pelan Calvin memulai, berusaha mengeluarkan isi hatinya yang terpendam.
"Ya? Ada apa dengan acara keluarga?" Clara mendorongnya, lembut dan sabar.
"Aku tertekan. Mereka berbisik-bisik tentangku. Menyalahkanku karena tidak menikah. Beberapa sepupu bahkan menyebutku dengan sebutan aneh-aneh dan tidak pantas. Adica dan Papa marah. Mereka membelaku. Tetap saja aku sakit dan tertekan setelahnya. Terasa sakit sekali...di sini." Calvin menunjuk ke dada kanannya.
"Iya, aku paham. Kamu sakit sejak itu. Pantas kamu tidak menulis artikel selama beberapa hari ini."
Mendengar itu, Calvin tertegun. Bagaimana Clara bisa tahu?
"Aku memperhatikanmu, Calvin. Selalu memperhatikanmu." Seolah bisa membaca pikiran Calvin, Clara menjelaskan.
Ada yang memperhatikannya. Ada yang peduli padanya. Entah mengapa, beban di hati Calvin terasa lebih ringan.
"Well, aku sudah membaca e-mailmu tadi pagi. Kamu menulis semua kenanganmu tentang Angel. Indah..." puji Clara setelah terdiam sejenak.
"Thanks. Aku juga mengirim tulisanku pada adikmu."
"Silvi? Dia membacanya juga? Wow, bagus. Kelihatannya kalian memang dekat ya."
Sebuah kemudahan bagi Clara. Calvin tak hanya mengenal dirinya, melainkan mengenal anggota keluarganya yaitu adik semata wayangnya. Kemungkinan Silvi bisa membantu Calvin agar lebih cepat sembuh dari traumanya.