Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

"Psikolove", Akhirnya Ku Menemukanmu (3)

11 November 2017   05:57 Diperbarui: 11 November 2017   05:58 1220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mereka bisa hidup tanpaku."

Keras kepala. Kesan itu tertangkap kuat di benak Clara. Kondisi kejiwaan Calvin sedang berbahaya. Ia harus memperingatkan Adica dan Tuan Erlambang untuk tidak meninggalkan Calvin sendirian.

"Aku tak bisa bayangkan, apa jadinya jika kamu berhasil bunuh diri. Silvi pasti akan sedih sekali. Mungkin dia akan menyalahkanku karena gagal menyembuhkanmu. Adica dan Om Erlambang akan kecewa berat. Para pembacamu sangat kehilangan. Calvin, please. Janganlah mengakhiri hidupmu."

Bukannya menjawab, Calvin menunjukkan kotak kecil yang sejak tadi dipegangnya. Dibukanya tutup kotak. Ditumpahkannya isi kotak ke atas meja. Jarum, pisau kecil, gunting, cutter, pensil yang telah diraut tajam, dan benda-benda kecil lainnya. Calvin melempar pandang jijik pada benda-benda itu.

"Ini pasti benda-benda yang kamu gunakan untuk menyakiti dirimu sendiri. Berharap kamu bisa mati setelah melukai tubuhmu dengan salah satu benda ini." tebak Clara.

Terkaan Clara hanya disambut anggukan. Melihat benda-benda itu, wajah Calvin bertambah pias. Rasa mual naik ke perutnya. Clara dapat menangkap itu.

"Excuse me..." kata Calvin lirih, bangkit dari sofa. Melangkah ke wastafel di ujung ruangan.

Beberapa saat lamanya Calvin muntah. Clara tergesa mendekatinya. Hatinya iba bercampur khawatir. Komplikasi ini tak pernah diasumsikannya.

Mengapa ia begitu cemas? Bukankah sudah pernah terjadi beberapa kali? Muntah atau Vomitus hanyalah satu dari berbagai gejala fisiologis yang muncul pada penderita Psikosomatis. Namun hari ini, pada menit dan detik yang sama, Clara mendapati dirinya jatuh. Jatuh, jatuh dalam rasa khawatir. Hanya mengkhawatirkan satu orang klien. Ingat itu, satu klien.

"Kamu benar-benar sakit, Calvin. Aku maklum kamu libur menulis selama beberapa hari terakhir. Kusarankan, jangan pernah berpikiran untuk bunuh diri."

Tangan Clara terulur. Lembut membelai punggung Calvin. Apa yang telah dilakukannya? Tak seharusnya ia lakukan itu. Profesionalitasnya sebagai psikolog akan luntur. Ini tak boleh terjadi. Kalaupun terjadi, bukan di jam konseling.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun