Yakin akan cintamu yakinkan segalanya
Perlahan dan pasti daku kan melangkah menuju damai jiwa (Rossa-Sakura).
** Â Â Â
Clara terhenyak. Kisah pilu itu menyentuh lubuk terdalam hatinya. Ini Hari Sabtu, Calvin menceritakannya dengan menahankan segala duka dan rasa sakit.
Ruang konseling no. 2 senyap. Satu jam sudah mereka di sini. Saling memperkenalkan diri, bercerita, dan mengungkapkan permasalahan yang ada. Bersedia menjalani terapi penyembuhan psikologis pun sudah merupakan kemajuan untuk Calvin. Terlebih dia akan diterapi psikolog secantik Clara.
"I see..." ujar Clara akhirnya. Menatap klien barunya itu lembut. Tatapan lembut dari sepasang mata yang terbiasa memancarkan sorot dingin dan angkuh. Apakah keangkuhan yang membekukan hati telah mencair?
"Kamu pasti sangat mencintai Angel. Iya kan, Calvin?"
"Tak usah tanyakan lagi, Clara. Aku sangat mencintai putriku. Dia putri kandungku, sama sekali tak pernah kuanggap dia sebagai anak angkat. Angel adalah belahan hatiku. Karena Angel, aku bersedia menjadi ayah angkat dan tidak menikah selamanya."
Calvin mengucapkannya dengan penuh kesungguhan. Hati Clara trenyuh mendengarnya. Luar biasa sekali kliennya ini. Ia tulus, penuh kasih, dan berpeluang besar menjadi ayah yang sangat baik. Seperti inilah pria idaman yang sesungguhnya dicari-cari para wanita.
Sesaat Clara terkejut dengan pikirannya sendiri. Pria idaman? Apa-apaan dirinya ini? Profesional, bisik hati kecilnya. Calvin hanyalah klien. Kakak dari kekasihnya. Toh ia sudah punya Adica. Kurang apa Adica Wirawan?
"Okey, aku mengerti. Bolehkah aku memberi satu tugas untukmu sebelum mengakhiri sesi konseling pertama kita?" tanya Clara lembut.