Syifa bergerak ketakutan di tempat duduknya. Adica memang tak bisa dibandingkan dengan Calvin. Jika Calvin tahu soal ini, kecil kemungkinannya untuk marah. Ia hanya akan memperingatkan Syifa agar lebih hati-hati. Namun Adicalah yang pertama kali tahu. Jelas Syifa habis kena marah. Syifa mencatat dalam benaknya kalau ia tak boleh melakukan kesalahan yang sama.
** Â Â Â Â
Paperbag dibuka. Isinya dikeluarkan satu per satu. Pakaian terakhir yang dikeluarkannya adalah sebuah maxi dress berwarna putih. Mau tak mau Silvi tersenyum. Ini baju favoritnya. Pertama kali ia memakainya bertahun-tahun lalu, saat menghadiri acara gathering para kontributor media citizen journalism bersama Calvin.
Dress cantik ini membuat Silvi teringat Calvin. Tanpa sadar ia memeluknya. Menciuminya, merasakan wangi citrus yang segar merasuk lembut indera penciumannya. Silvi bangkit dari tempat tidur. Mengenakan dress putih itu, lalu berjalan ke depan cermin. Memandangi refleksi dirinya. Dress cantik ini masih muat dipakainya. Sebuah baju kenangan, pikir Silvi.
Sepotong kenangan terlintas. Bagai kepingan puzzle. Mendarat di dasar otaknya, lalu pecah menjadi partikel-partikel kenangan yang jauh lebih kecil.
** Â Â Â Â
Betapa bahagianya hatiku
Saat ku duduk berdua denganmu
Berjalan bersamamu
Menarilah denganku
Namun bila hari ini adalah yang terakhir