Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kau Pergi Membawa Hatiku

10 September 2017   06:11 Diperbarui: 12 September 2017   12:32 1652
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alhasil, Calvin menurut. Demi menyenangkan hati orang yang berulang tahun.

Orang yang tak mengenal mereka mungkin menganggap Calvin dan Calisa sepasang kekasih. Nyatanya, mereka hanyalah sahabat sejak kecil yang terjebak brother zone. Meski demikian, mereka sangat menikmatinya. Calvin, pria charming dan cerdas yang menikmati kesepian itu. Calisa yang cantik dengan kebaikan hati dan sifat penyayangnya.

"Calisa, apa yang kamu inginkan? Bukankah kamu sudah refleksi diri?" Tetiba saja Calvin menanyai Calisa.

"Aku ingin menjadi psikolog dan terapis wicara, membuat rumah singgah untuk anak penderita kanker, dan selalu ada untuk orang-orang yang kucintai." sahut Calisa yakin.

"Good. Aku percaya kamu pasti bisa melakukannya." puji Calvin tulus.

"Thanks, Calvin."

Manik mata Calvin menangkap sisa coklat di sudut bibir Calisa. Diulurkannya tangan kanannya. Lembut diusapnya bibir Calisa.

Calisa menahan napas. Sentuhan Calvin begitu lembut. Sesaat ia menikmatinya. Sebuah gerakan kecil namun berarti. Dapat dipastikan hati Calisa dirayapi desir hangat. Selama ini, Calisa jarang sekali bisa begitu dekat dengan orang lain. Bahkan pada keluarganya sendiri keluarganya ia tak terlalu dekat. Justru dengan Calvin ia mau mendekat dan membuka diri.

Rasanya kebahagiaan mereka takkan pernah berakhir. Benarkah begitu?

Setetes darah terjatuh tepat ke dalam gelas cappucino. Dua, tiga, empat tetesan darah segar lagi terjatuh dari hidung Calvin. Begitu cepat situasi berubah. Semula segalanya baik-baik saja, kini keadaan berbalik.

"Calvin, kamu kenapa? Sebaiknya kita kembali ke rumah sakit..." ucap Calisa cemas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun