"Kamu berhasil membuatku terkejut. Kamu nekat sekali, Calvin. Sudah minta izin Dokter Marcelina?"
"Sudah."
"Good."
Tak puas-puas Calisa menatap wajah Calvin. Seraut wajah rupawan yang terpatri di hati terdalamnya.
Pagi ini, Calvin menampakkan seluruh auranya yang memikat. Pakaian modis, raut wajah santun menyenangkan, tatapan teduh, wangi khas, dan sikap lembutnya menghipnotis Calisa. Ia terpesona, sungguh terpesona. Lebih dari itu, Calvin terlihat fresh dan sehat pagi ini. Tak nampak tanda-tanda kesakitan dan keletihan.
"Coba buka media citizen journalism kita pagi ini," Instruksi Calvin segera dipatuhi Calisa.
"Sebuah puisi untukmu."
"Oh my God...kamu menulis untukku?" Mata Calisa berbinar bahagia.
Sibuk berkarier dan berkegiatan sosial tak membuat Calvin melupakan hobinya. Ia sangat suka menulis. One day one article sudah menjadi kebiasaannya. Begitu pula Calisa. Mereka kontributor yang setia dan konsisten.
"Apa yang kucari?" Calisa membaca judul puisi itu.
Calvin tersenyum. Menatap lekat wajah cantik di sisinya. Calisa menikmati puisi untuknya. Ia tak menyangka Calvin akan menulis sesuatu untuknya hari ini.