Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kau Pergi Membawa Hatiku

10 September 2017   06:11 Diperbarui: 12 September 2017   12:32 1652
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ucapan lembut Calvin sukses merobek hati Calisa. Ya, sebentar lagi ia akan menikah. Menikah dengan pria yang tidak dicintainya.

"Oh Calvin, please...jangan sebut-sebut pernikahan. Aku...aku tak mencintai Gabriel."

"Kamu harus mencintainya. Anggap dia sebagai suami, kekasih, dan sahabat sejati. Bukankah selama ini kamu tak punya sahabat selain aku?"

Calisa menghela napas berat. "Hanya kamu sahabat sejatiku, Calvin. Aku pun menginginkan dirimu menjadi kekasih sejatiku."

"Tidak bisa, Calisa. Kamu tahu kondisiku, kan?"

Bertahun-tahun terjebak dalam brother zone membangkitkan rasa cinta. Ironisnya, mereka tak mungkin bersama. Sewaktu Calvin akan melamar Calisa, ia divonis mengidap Osteosarkoma. Penyakit itu menghalanginya untuk bersatu dengan cinta sejati. Praktis ia dan Calisa kembali memerangkap diri dalam zona kakak-adik.

"Aku ingin membatalkan semuanya, Calvin. Kalau kamu mau, sekarang juga akan kubatalkan rencana pernikahanku dengan Gabriel. Nikahilah aku, my lovely brother. Seperti rencana kita dulu." Calisa berujar perlahan.

Satu tangan Calvin mengangkat lembut dagu Calisa. Meminta tanpa kata supaya wanita itu memandangnya. Dua pasang mata bertemu. Sepasang mata bening milik Calisa dan sepasang mata teduh milik Calvin.

"Kanker stadium empat..." lirih Calvin, menempelkan keningnya di kening Calisa. Tak sesenti pun jarak di antara mereka. Keduanya dekat, amat dekat.

"Aku sudah tidak punya harapan lagi untuk sembuh. Mana mungkin aku menikahimu, Calisa?"

Buliran hangat membasahi kening Calisa. Entah air matanya sendiri atau air mata Calvin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun