Sibuk dengan aktivitasnya, Tuan Calvin selalu berkomunikasi dengan Nyonya Calisa. Video call rutin dilakukan. Rindu sedikit terobati dengan kecanggihan teknologi. Tuan Calvin tak puas-puas menatap wajah cantik istrinya. Nyonya Calisa nampak semakin anggun dalam balutan kaftan. Mungkinkah Nyonya Calisa berencana kembali berhijab? Entahlah, Tuan Calvin tak ingin memaksa. Ia menghargai apa pun keputusan wanita blasterannya itu.
Clara rindu Bundanya. Tak jarang ia sendiri yang mengirimkan voice note pada sang Bunda. Apa pun ia lakukan demi menuntaskan rindu. Berulang kali Clara bertanya waktu kepulangan Nyonya Calisa. Meski berjauhan, ketiga anggota keluarga itu tetap mesra.
** Â Â Â Â
Dering ponsel membangunkan Tuan Calvin. Sejenak mencari, ternyata ponselnya tertimpa tubuhnya sendiri. Apakah smartphone itu rusak? Ternyata tidak.
Ada beberapa notifikasi. Facebook, Whatsapp, Twitter, dan Linkedin. Ia buka semuanya. Tertegun membaca chat dari Wahyu.
"Aku sudah kembali ke Bandung. Sekarang aku di depan rumahmu, tapi aku tak berani masuk. Masih terlalu pagi."
Diliriknya jam digital. Pukul empat lewat sepuluh menit. Sudah hampir Subuh. Refleks Tuan Calvin menepuk dahinya. Ia lupa shalat Tahajud.
Tergesa ia bangkit dari ranjang. Keluar kamar, lalu bergegas turun ke halaman. Membuka pintu gerbang. Dilihatnya Wahyu berdiri di samping mobilnya. Berpakaian rapi dan memegang travel bag.
"Hei...kamu pulang lebih cepat?" Tuan Calvin menyapa ramah.
"Yups. Aku kangen Rein, Clara, dan kamu." balas Wahyu.
"Nggak kangen Calisa?"