"Sama-sama. Lain kali hati-hati, ok?"
Nyonya Calisa hanya mengangguk. Menurut saja saat Tuan Calvin menggandengnya meninggalkan ruang kerja. Melangkah menyusuri koridor ke ruang bermain Clara.
"Maafkan aku..." desah Nyonya Calisa.
"Maaf untuk apa?"
"Aku memecahkan pigura fotomu."
Tuan Calvin tersenyum lembut mendengarnya. Memeluk pundak istrinya, berkata lembut.
"Tidak ada yang perlu dimaafkan, Sayang. Pigura bisa diganti, tapi cinta dan kasih sayangmu takkan terganti."
Flirting messages, pikir Nyonya Calisa. Wajahnya merona kemerahan. Membuat parasnya makin menawan saja. Pria berdarah keturunan itu selalu mampu membuatnya salah tingkah.
"Well...aku ingin memanjakanmu, Calvin. Apa pun permintaanku, akan kupenuhi." kata Nyonya Calisa.
"Apa pun?" ulang Tuan Calvin setengah tak percaya.
"Ya."