Dalam gerakan slow motion, Tuan Calvin memeluk Nyonya Calisa. Membawa wanita itu dalam rengkuhan hangatnya. Mata Nyonya Calisa terpejam. Damai, satu hal yang dirasakannya.
"Jangan lepaskan...kumohon jangan." Nyonya Calisa berbisik. Menghirup wangi Hugo Boss dari tubuh yang mendekapnya erat.
"Peluk aku sampai waktu memisahkan kita. Besok pagi aku harus pergi. Biarkan malam ini menjadi milik kita."
"Calisa, apakah ini malam terakhir?"
"Tidak Calvin, tidak. Kita pasti akan bertemu lagi setelah aku umrah. Kamu pasti sembuh."
"Bagaimana bila aku meninggal saat kamu belum kembali?"
Sebuah pertanyaan menakutkan. Nyonya Calisa tak menjawab. Hanya mengeratkan rengkuhannya. Ia takut, teramat takut. Apa pun boleh terjadi padanya. Kegagalan masuk universitas yang dituju bertahun-tahun lalu, pengkhianatan sahabatnya sendiri, penyakit dan operasi, rasa takut berkepanjangan pada seks, dan disakiti cinta pertama. Sungguh, itu boleh terjadi. Asalkan Nyonya Calisa tidak merasakan kehilangan. Ia takut kehilangsn.
** Â Â
Ada pertemuan, ada perpisahan. Tiap ada awal pasti ada akhir. Perpisahan tak dapat dicegah. Selama masih bersama, jangan sia-siakan kesempatan yang ada. Kebersamaan memberi kita kesempatan untuk saling mencintai, mengasihi, menguatkan, dan memahami.
Salam,
Hanya sekedar berbagi