Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Doakan Aku di Sana

18 Agustus 2017   06:56 Diperbarui: 19 Agustus 2017   07:59 1393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Saingan apa?"

"Saingan dalam hal ketampanan. Aku sudah insaf, sudah sadar. Kalau Calvin...jauh lebih tampan dariku."

Mereka tertawa. Semua orang berkata begitu. Tuan Calvin memang tampan. Belum lagi ia dikaruniai otak cerdas dan hati yang baik. Siapa yang tak suka?

**    

Para pegawai cafe surprised melihat atasan mereka. Langsung saja beramai-ramai mendekati Tuan Calvin dan menanyakan kondisinya. Hal ini sudah sering terjadi. Tuan Calvin tak pernah memberi tahu siapa-siapa jika dirinya sakit. Mereka tahu sendiri. Ia tak ingin menyusahkan orang lain.

Wahyu dan Nyonya Calisa bergantian mendorong kursi roda Tuan Calvin. Reinhart dan Clara berjalan di sisi mereka. Memperhatikan gerakan cepat dua orang waiters yang sibuk menyiapkan beberapa porsi makanan untuk dibagikan.

Selesai mengambil makanan dari cafe, mereka bergegas turun ke jalan. Membagikan makanan pada orang-orang tidak mampu. Tuan Calvin berkeras ikut membagikannya. Langsung saja kehadirannya menjadi pusat perhatian. Seorang pria tampan berwajah oriental di atas kursi roda membagi-bagikan makanan gratis pada kaum duafa. Pemandangan langka dan menarik. Dalam keadaan sakit, Tuan Calvin masih saja memikirkan orang lain. Motivasinya untuk beramal sangat tinggi.

"Hatur nuhun kasep...bageur. Nanti Gusti Allah yang balas." kata seorang pria tua penyapu jalan penuh terima kasih. Menepuk pundak Tuan Calvin.

"Kunaon, kasep? Sakit?" lanjut pria tua itu, menatap Tuan Calvin dan kursi rodanya.

Tuan Calvin hanya bergumam mengiyakan. Ditingkahi tatapan berempati.

"Umrah...nya? Doa di tanah suci. Insya Allah terkabul."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun