"Mama bangga sama kamu, Sayang. Kamu kuat. Kamu tangguh. Buktinya, kamu bisa melewati semua ini." ungkap Nyonya Lola.
Tuan Calvin menatap lembut mata Mamanya. "Semua ini karena doa Mama."
Melihat Ayahnya sudah melewati masa kritis, Clara begitu bahagia. Bersama Reinhart, ia mendekat ke tepi ranjang. Ingin sekali memeluk Ayahnya. Mata Clara bertatapan dengan mata Tuan Calvvin. Cinta kasih dan kerinduan tercermin di mata mereka.
Meski kondisinya belum pulih, Tuan Calvin memaksakan tubuhnya bergerak. Dipeluknya Clara erat. Diciuminya pipi Clara. Dibelainya rambut panjang putri kecilnya. Seolah mereka telah lama terpisah.
"Ayah...I miss you." desah Clara.
"Miss you too, Dear." Tuan Calvin kembali menyentuh pipi Clara dengan bibirnya.
"Ayah jangan sakit lagi ya. Clara takut...Clara pengen Ayah sehat."
Mengharukan, seorang anak perempuan secara tak langsung memotivasi sang ayah untuk selalu sehat. Motivasi dari orang-orang yang dicintai menjadi obat segala penyakit.
Reinhart terkesan. Salut pada kedekatan ayah dan anak itu. Ekspresi wajah Reinhart tak lepas dari perhatian Tuan Calvin. Ditatapnya anak lelaki itu dengan lembut dan penuh kasih sayang. Selembut tatapannya pada Clara.
"Reinhart, terima kasih ya. Pasti kamu yang menemani Clara sejak kemarin, kan?" ujarnya.
"Iya. Rein senang kok bisa jadi teman Clara."