"Teman-temanmu sudah terlanjur tahu, Calisa."
Perkataan Tuan Calvin sukses membuat Nyonya Calisa kian menyesal. Ya, semuanya sudah terlambat. Teman-teman Nyonya Calisa mengetahui kelemahan Tuan Calvin lalu melemparkan hinaan. Tuan Calvin dianggap tak pantas bersama Nyonya Calisa.
"Kamu tak tahu bagaimana rasanya menjadi diriku, Calisa. Seumur hidup aku takkan melupakan kenangan itu." ungkap Tuan Calvin.
"Biar kugantikan posisimu, Calvin. Agar kamu tak perlu merasakan sakit lagi."
Air mata mengaliri wajah Nyonya Calisa. Ia menyesali perbuatannya. Andai saja ia tak segegabah itu. Penyesalan selalu datang di akhir.
Sesaat hening. Nyonya Calisa tetap di posisinya. Ia duduk di samping Tuan Calvin. Menggenggam tangannya. Ia ingin menebus kesalahannya. Mungkin saja kesalahannya tak termaafkan. Nyonyaa Calisa bertekad mencintai Tuan Calvin setulus hati dan memperbaiki kesalahannya di masa lalu.
** Â Â Â
Seulas senyum merekah di wajah Nyonya Calisa. Mata indahnya berbinar bahagia melihat keempat artikel yang menempati posisi nilai tinggi. Artikelnya ada di urutan kedua, sedangkan artikel Tuan Calvin di urutan ketiga.
"Calisa, I'm home."
Tuan Calvin telah kembali dari kantor. Tersenyum menawan, lalu mencium pipi Nyonya Calisa.
"Hei Sayang, kamu pasti senang. Coba lihat ini." kata Nyonya Calisa seraya menunjukkan tabnya.